Rabu, 14 April 2010

Kawan yang tidak membangkitkan semangat beribadah



A’udzubillahi minassyaithanirrajiim
Bissmillahirrahmanirrahiim
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad
" Janganlah kalian bersahabat dengan orang yang tidak membangkitkan semangat beribadah, serta ucapan yang tidak membawa kalian mendekati Allah Swt. Apabila kalian berbuat salah, ia mengatakan bahwa itu adalah kebaikan , sebab kalian bersahabat dengan orang yang perilakunya lebih jelek dari kalian sendiri"
Pembicaraanu dengan seorang sahabat dalam pergaulan dengan cara yang baik dan sopan santun, diajarkan dalam dasar-dasar agama islam. Demikian percakapan itu menjadi dasar dalam pergaulan hidup manusia yang dapat diambil manfaatnya. Pada dasarnya persahabatan itu mempengatuhi hidup manusia. Memilih pergaulan sebagai cara memperbagus persahabatan sama pentingnya seorang memilih makanan yang cocok dengan seleranya, juga makanan yang dapat memberi manfaat bagi kesehatannya.
Bergaul dengan orang saleh, tentu akan memperoleh kesalehannya. begitu pun sebaliknya. Berbicarapun demikian. Berbicara selalu menjadi ukuran bagaimana keadaan seseorang. Ucapan yang sesuai dengan tuntunan Nabi Saaw., adalah yang mampu menggerakan semangat beramal dan beribadah dan sebagai pemicu amalan yang diridai oleh Allah Swt. Sabda Rasulullah Saaw., " Bergaul hendaklah dengan sesama orang beriman , dan makanan yang disajikan dimakan oleh orang-orang yang taqwa". ( HR. Abi Daud dan Tirmidzi )
Ketahuilah , bahwasanya pokok sengketa manusia itu berasal dari pergaulan . Pergaulan yang tepat ialah memilih dan menyaring orang yang akan bersama kita, persahabatan yang tepat ialah mendapatkan orang yang tidak hanya bisa tertawa dikala kita senang, tetapi menagis bersama dikala susah.
Bersahabat memang penting, lebih penting lagi adalah kebaikannya ( maslahah ), dan menghindari sahabat yang membawa kerusakan ( Mafsadah ). sebaik baik orang yang bersahabat ialah mereka yang berjumpa karena Allah dan juga berpisah karena Allah jua. Jangan sampai sahabat kita yang akan menenggelamkan kita sendiri , karena harus mengikuti kemauan mereka , tanpa mengetahui tujuan yang jelas dan bermanfaat. Sufyan Ats- Tsauty berkata, " Apabila kalian bergaul dengan orang banyak tentunya harus mengikuti mereka. barang siapa yang mengikuti mereka, tentu harus mengambil hati mereka, barang siapa yang mengambil hati mereka , tentu akan binasa seperti mereka."
Bersahabatlah dengan orang yang akan menyelamatkanmu didunia dan di akhirat, melepaskanmu dari bencana yang disengaja atau tidak disengaja. Nabi Muhammad Saaw. bersabda, " Biasanya kalian suka mengikuti sepak terjang sahabat-sahabatmu , maka hendaklah kalian memilih yang akan menjadi sahabatmu." ( HR. Ahmad dan Tabarany )
Khalifah Ali mengingatkan, " Kawan yang paling jelek adalah orang yang suka mencari-cari kesalahanmu , dan mengajak kamu bermuka dua."

Mutu Manikam dari Kitab Al Hikam - Syaihk Ahmad Atailah

Ungkapan kebesaran Allah Swt melalui lisan sahabatmu, dan terus mengingatkan kebesaran Allah Swt kepadamu, itulah sahabatmu yang sesungguhnya.

Senin, 12 April 2010

ORANG YANG LUPA DAN ORANG YANG BERAKAL



A’udzubillahi minassyaithanirrajiim
Bissmillahirrahmanirrahiim
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad
"Orang lupa, apabila pada waktu pagi , ia memandang apa yang akan ia kerjakan. Sedangkan orang yang berakal, ia melihat ( memikirkan ) apa yang akan ditetapkan Allah bagi dirinya".
Pertama yang tersentak dalam hati dan fikiran seorang hamba pada pagi hari , sesuai dengan mizan Tauhid. Orang yang lalai , apabila pagi hari datang ia akan bingung mengatur dirinya, dan tidak tahu apa yang harus ia perbuat hari itu. Ia bertanya, " Apa yang akan saya kerjakan hari ini?" Adapun orang yang lalai , ia sibuk mengurus dirinya dengan keduniawiannya, ia melalaikan akan Tuhannya. Padahal ia sendiri tahu bahwasanya Allah jualah yang mengurus seluruh keperluan dunianya. Manusia itu sendiri tidak akan mengetahui tentang hari ini dan hari esok bagi dirinya.
sebaliknya , orang yang gunakan nuraninya tersinar dengan tauhid, ia tidak pernah lalai atas kekuasaan Allah, karena akalnya sehat dan imannya kokoh. Ia menerima semua kejadian sesuai dengan kehendak Allah SWT. Ia mampu mengendalikan perasaannya dengan akal dan cahaya tauhid yang bersinar dalam kalbunya, sehingga ia tidak berduka cita dan bersedih hati menghadapi peristiwa yang menimpa dirinya. Ia rela menerima pemberian Allah yang bagaimanapun keadaanya. Adalah Umar bin Abdul Aziz, ia lebih suka menjalankan tugas hidupnya apabila itu sudah menjadi ketentuan Allah ta'ala bagi dirinya. Penyerahan diri kepada Allah itu sangat penting bagi pemellihara iman dan kemurnian tauhid kepada Allah . Disaat apapun dan diwaktu kapanpun kemurnian iman hendklah dapat di pelihara. Hati manusia yang mudah mendapat rangsangan dan pengaruh dari luar , suka mengalami goncangan. Oleh karena itu kata ahli makrifat, hati itu diwaktu pagi atau petang hendaklah menyerah bulat-bulat kepada Allah. Agar Allah memandang manusia dengan pandangan rahmat dan kasih sayangNya. Kalian rida menerima pemberian Allah , banyak atau sedikit , dan Allah kelak akan rida kepada dirimu. Dengan cara ini kita tidak akan bingung dan bertanya-tanya tentang hidup kita, pekerjaan kita, makan dan minum kita , pakaian dan temoat tinggal kita. Karena semuanya telah kita terima dari Allah . Denga rida hati diterima dengan penuh syukur, dan menempatkan semua pemberian Allah itu sebagai anugrah yang berharga.
Manusia itu tidak menguasai dirinya sendiri, bukan pemilik dirinya sendiri , bukan pengatur dirinya sendiri , Allah jualah yang mengatur diri manusia itu , menguasai dan mengarahkannya bagi yang mau diarahkan.
Rasulullah Saaw. sendiri selalu memohon kepada Allah , agar melindungi dirinya dari marabahaya dan ketidak mampuan menguasai dirinya.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berada diwaktu pagi , aku tidak menguasai diriku, kalau terjadi bahaya atau kebaikan , mati atau hidup. Demikian juga hidup sesudah mati . Dan aku tidak mampu mendapatkan kecuali menjaga apa yang Engkau jaga untukku. Ya Allah , bantulah aku ( agar dapat mengerjakan apa yang Engkau sukai ,dan Engkau ridai dalam perkataan dan perbuatanku ), dalam melakukan taat kepadaMu. Sesungguhnya Engkau adalah zat yang memiliki karunia yang besar."
Demikian juga seperti doa ahli makrifat Abi Hasan Asy-Syadzily yang berserah diri kepada ketentuan Allah . tentunya penyerahan yang penuh dengan keyakinan atas bantuan Allah , setelah berikhtiar dalam bentukj yang diizinkan oleh Allah Ta'ala.
"Ya Allah, sesungguhnya perkara itu ada dalam kekuasaanMu, semuanya tertutup dari pengetahuanku. Sesungguhnya aku tidak mengetahui apa yang harus kupilih untuk diriku, maka pilihkanlah untukku, apa yang paling baik untukku, bimbinglah diriku untuk mendapatkan situasi yang baik, serta terpuji kesudahannya dalam pandangan agama, pandangan dunia dan pandangan akhirat. Sesungguhnya Engkau ( Allah ) yang Maha berkuasa atas segala sesuatu."
Hamba yang saleh hendaklah mampu menempatkan dirinya . Oleh karena hamba Allah , dalam segala gerakannya didunia ini , tidak dapat dipisahkan dari kehendak Allah Ta'ala. Allah Swt , adalah Perencana bagi alam semesta dan seluruh isinya.
"Lepaskanlah keangkuhanmu , hadapi ketiadaan dan kerendahanmu bersama Allah Ta'ala, dan syukurilah kelebihan serta kekuranganmu , karena sesungguhnya kedua hal itu sangatlah dapat menolongmu apabila kamu tidak termasuk orang yang lupa".

Mutu Manikam dari Kitab Al Hikam - Syaihk Ahmad Atailah

Jumat, 09 April 2010

Dua Perbedaan Wujud Allah


A’udzubillahi minassyaithanirrajiim
Bissmillahirrahmanirrahiim
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad
-Syehk Ahmad Atailah - Mutu Manikam dari Kitab Al Hikam-
"Dua perbedaan sebagai dalil yang menunjukan adanya Allah Ta'ala. Pertama orang yang berpegang pada dalil dengan melihat dari wujudnya Allah Swt. Itu menunjukan adanya alam. Kedua , Adanya alam ( ciptaan Allah ) menunjukkan wujudnya Allah Ta'ala. Pendapat pertama lebih melihat Allah itu memang ada , maka terjadilah alam semesta. Yang ada itu adalah Allah, karena Allah Ta'ala jua yang menciptakan alam. Pendapat ni menegaskan bahwa wujud yang sebenarnya adalah milik Allah. Itulah wujud asalnya. Adapun dalil yang yang menyebutkan adanya alam ini menunjukan adanya Allah Ta'ala ( adanya mahluk menunjukan adanya Al Khalik ) , adalah karena belum sampainya sihamba kepada Allah. Untuk memperkuat pendapat pertama, lalu timbul pertanyaan, kapan Allah Ta'ala itu gaib ( tidak ada ), lalu mencari dalil untuk mengenalnya ? Sejak kapan Allah itu jauh, sehingga memerlukan jalan untuk menemuiNya? "
Anak Adam (manusia) yang dibesarkan melalui rahim seorang ibu , lalu tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sempurna, bermula adalah tidak mengetahui apa-apa ( jahil ). Kemudian Allah Swt . melengkapi mereka dengan kekhususan tubuh dengan anggota badan, lalu mereka aktif menggunakan peralatan jasmani mereka, sehingga mereka mengetahui kebutuhan yang diperlukan , lalu menjadi insan yang berpengetahuan . Dari ketidak tahuan menjadi tahu . Seperti di jelaskan dalam Al'Quran , surat An Nahl ayat 78, " Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu , tidak mengetahui suatu apapun ". Kelengkapan manusia diberikan oleh Allah , maksudnya agar manusia mengenal Allah secara sempurna. Pengetahuan yang meliputi lahir dan batin, pikiran dan ikhtiar. Al Quran mengisyaratkan hal ini dalam kalimat , " Allah menciptakan manusia dengan memberikan pendengaran, penglihatan, hati sanubari ". Pemberian Allah kepada manusia dengan kelengkapan indera mereka , agar mampu memikirkan kekuasaan Allah , lalu mendekatkan diri kepada maha Pencipta. Mentaati peraturan dan hukum yang diciptakanNya , agar dengan demikian mereka termasuk orang yang bersyukur.
Ada dua golongan manusia menurut Syehk Ahmad Ataillah. Pertama, yang mengenal Allah langsung mengetahui wujudnya Allah tanpa melihat ciptaan Allah . Mengenal Allah tanpa perantaraan selain Allah sendiri. Sebab tanpa benda - benda ciptaan Allah , sihamba akan langsung makrifat kepada Allah . Mata hati sihamba telah mampu menyingkap tabir penghalang yang menutupi antara sihamba dengan Allah , atas izin Allah jua adanya. Penglihatan dengan mata hati iman ini mengangkat sihamba ke makrifat yang terpuji. Golongan ini tidak memerlukan wujud ciptaan Allah ini dalam mengenalNya. Akan tetapi tidak berarti alam ciptaan Allah yang sangat dahsyat ini tidak dapat dipergunakan untuk mengenal Allah. Justru dengan mengenal ciptaanNya manusia akan lebih akrab denganNya. Kedua , hamba yang mempergunakan alam dan seluruh wujud ciptaanNya sebagai jalan untuk mengenal Allah menurut ukuran logika . Golongan ini disebut orang yang sedang menuju Allah Swt.
Perjalanan menuju Allah , ialah dengan mengenal Allah selain mengikuti petunjuk diatas, yang paling sesuai dengan sunah Nabi Saaw., yaitu dengan mempelajari ilmu tauhid ( Aqaid ) dengan mengenal sifat-sifat Allah yang 99, bersama pembagiannya. Pemantapan iman diperlukan bagi setiap orang, baik orang awam maupun orang alim melalui ilmu yang dikenal dalam islam. Mengenal ilmu yang berkaitan dengan Allah , berarti sihamba mendekati Allah dengan ilmuNya sendiri yang diwahyukan kepada junjungan Nabi Saaw. Sebab tan pa ilmu Aqaid manusia mengenal tanpa ilmu.
Hamba yang telah mengenal Allah tanpa alam semesta dan lain-lain,adalah orang yang mendapatkan sinar cahaya Allah . Sedangkan hamba yang menuju Allah untuk mengenalnya adalah orang yang sedang mencari sinarNya.
Orang yang telah sampai kepada Allah ( wasil ) , terpancar dari padanya cahaya yang dianugrahkan Allah kepadanya. Ia melihat Allah dengan mata hatinya ( basirah ) . Hamba yang telah mencapai tingkat ini telah sampai kepada haqul yaqin . Cahaya yang memancar itu disebut " anwarul muwajjahah".
Cahaya yang keluar dari hati menusia memantulkan kekuatan yang tidak dimiliki oleh benda-benda langit. Cahaya itu dapat melembutkan kerasnya hati dan fikiran manusia, sehingga dapat membentuk peradaban yang berguna bagi alam semesta. Cahaya hati itu adalah cahaya iman yang datang dari cahaya Illahi dengan bermacam macam rahasia yang bersembunyi didalamnya. Tempat terbitnya bermacam-macam Nur Illahi didalam hati manusia dan rahasia-rahasianya.

Mutu Manikam dari Kitab Al Hikam - Syaihk Ahmad Atailah

Rabu, 07 April 2010

BUKAN HANYA BERDOA TETAPI ADAB BERDOA





A’udzubillahi minassyaithanirrajiim
Bissmillahirrahmanirrahiim
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Alihi Muhammad

" Tujuan Utama bukan hanya sekedar berdoa dengan sebagus-bagusnya adab "
Seorang hamba, dalam segala hak memang wajib berharap kepada Allah SWT dan bermohon untuk kebutuhannya kepada Maha Pencipta. Semua ini adalah bahagian dari pada hidup yang selalu dimiliki oleh sihamba sepanjang hayatnya. Sebab Allah SWT adalah satu-satunya tempat bergantung ( Allahus Samad).
Akan tetapi berdoa atau mengharapkan pertolongan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat bagi sihamba memohon pertolongan ( bukan hanya sekadar berdoa ) . Sebagai harapan kepada Allah SWT , memiliki tatakrama ( adab berdoa ) . Nabi Saaw. mengajar adab yang paling bagus dan indah yang wajib dimiliki dan diucapkan oleh sihamba dihadapan Allah Jalla Jalaluh.
Adab yang bagus dan indah itu , adalah kelembutan sihamba ketika menyampaikan dan mengucapkan permintaannya. Karena Allah Ta'ala itu Maha Halus, Maha Lembut ( Allahu Latifun Khabir ) . Demikian juga sopan santun yang bergerak dalam hati sihamba ( konsentrasi jiwa ) ketika berdoa . Adalah sangat tidak beradab, apabila sihamba memohon kepada Al Khaliq , namun hati sihamba kosong, dan tidak hadir dalam pertemuannya dengan Allah SWT. Allah Swt tidak menyukai kepada sihamba yang berdoa dengan hati yang kosong.
Kekhusuan dan kebersihan hati dari Riya ', ujub dan lain - lain sifat yang kotor diperlukan bagi sihamba ketika berdoa, karena hal ini termasuk dalam sopan santun adab berdoa.
Selain itu, seorang hamba yang beradab baik dalam berdoa , tidak memaksa Allah Ta'ala dalam doanya. Ia tidak meminta segera doanya diterima . Ia tidak boleh menentukan pilihan dari sekian banyaknya permohonan yang diharapkan dari Allah Swt, akan tetapi ia menyerahkan seluruh permohonan itu kepada Allah belaka. Karena Allah juga yang memberi dan mengatur pemberianNya untuk si hamba.
Seorang hamba menerima pemberian dari Allah dari apa yang pernah ia mohonkan kepada Allah , telah disesuaikan oleh Allah dengan kemampuan sihamba. Allah Ta'ala Maha Mengetahui apakah seorang hamba kuat memikul pemberian Nya. Sebab, suatu pemberian yang dipikulkan kepada sihamba, akan menjadi ujian bagi sihamba, adakah pemberian itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya atau dipergunakan untuk kerusakan . Allah maha mngetahui keadaan sebenarnya dari setiap hamba-hambaNya.
Agar suatu permohonan diterima oleh Allah , serta terpeliharanya pemberian Allah yang telah diterima sihamba, maka adab ketika memohon syarat utam bagi terkabulnya doa . Doa yang sudah terkabul dan pemberian yang sudah diterima itu akan terpelihara dan manfaat, apabila hamba mampu menjaga kondisi imannya dari waktu kewaktu. -Mutu Manikam dari Kitab Al Hikam - Syaihk Ahmad Atailah-

Pernahkah anda memikirkan tentang pemberian Allah Swt kepada anda, kemudian menanyakan pada diri anda, dari doa manakah atau kapankah pemberian ini ? sehingga anda merasa yakin bahwa pemberian ini adalah manifestasi dari doa anda dan menjadikan anda yakin "sudah terjadi komunikasi "dengan Allah SWT. - syarelhasan-