Kamis, 24 Juni 2010

Detik-Detik “SAKROTHUL MAUT” Baginda Rasulullah SAW ♥♥♥♥♥




Detik-Detik “SAKROTHUL MAUT” Baginda Rasulullah SAW ♥♥♥♥♥
Sad Story By : ~∂eanny♥divΞ & S♥h♥b♥t ►
Bumi Allah, 25 Juni 2010.


...Bismillaahir rohmanir rohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu


Saudara-saudariku tercinta kekasih Baginda Rasulullah SAW…

Setiap kali Jean membaca kisah tentang saat-saat terakhir kehidupan Baginda Rasulullah tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersamaan dengan itu pula rasa haru biru dan tangis tak dapat ku-elakkan.

Yaa Allah yaa Mujiib… Sesungguhnya Engkau Mahasuci lagi Mahamengabulkan, semoga Engkau berkenan mempertemukan aku (kami) dengan Rasul-Mu yang agung dan paling Engkau cintai di Jannah-Mu kelak. Seungguh tak terkira rasa rindu di hati ini ingin berjumpa dengan-Mu yaa Allah, bersama kekasih-Mu tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. ^^,

Maka demi-Mu yaa Allah, mudahkanlah bagi kami agar sami’na wa atho’na kepada seluruh perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, serta berusaha sekuat tenaga melaksanakan suatu ketentuan sebagaimana firman-Mu, “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah RABB yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya." (QS. al-Kahfi {18}:110).

Subhanallah, kami sami’na wa atho’na yaa Allah, Allahu Akbar…

Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi.


Saudara-saudariku tercinta kekasih Baginda Rasulullah SAW…

Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah ta’ala melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.

Rasulullah dengan suara lemah memberikan khutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara kepada kalian, yakni al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti engkau mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-samaku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang kondisinya semakin lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

“Maafkanlah, Ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani Ayahnya yang ternyata sudah membuka mata, dan bertanya pada Fatimah.

“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah Ayahku, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah nak, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah.

Fatimah menahan ledakkan tangisnya… ^^,

Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.

Detik-detik kian dekat, saatnya Izroil melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.

Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.

Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah…

♥♥♥♥♥ ^^, Sebentar saudara-saudariku, tak kuasa diri Jean mendapati sekaligus membayangkan, betapa mulianya hati kekasih Allah tercinta ini. MasyaAllah, di saat sakrotul maut-nya, Beliau masih tetap mengkhawatirkan nasib kita para umat-nya :’( Subhanallah, sungguh mulia pengabdianmu kepada RABB Semesta Alam yaa Rasulullah. Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa alii sayyidina Muhammad ^^, ♥♥♥♥♥

Wahai saudara-saudariku tercinta rahimakumullah…
Mari kita lanjutkan sedikit lagi kisah suci ini…

“YAA ALLAH, DAHSYAT SEKALI MAUT INI, TIMPAKAN SAJA SEMUA SIKSA MAUT INI KEPADAKU, JANGAN PADA UMATKU,” pinta Rasul pada Allah

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku; Peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu.

Wahai, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Sungguh, betapa cintanya Rasulullah kepada kita. ^^,

. . . . . . . . . . . ♥♥♥♥♥♥♥♥♥ . . . .. . . . . . . . . .



Billaahit-taufiq wal-hidayah,
Wassalamu’alaykum wr.wb.
~∂eanny♥divΞ
Posting By : M♥A♥D Team™

NOTE :

Saudara-saudariku tersayang, hendaknya kirimkanlah kisah suci ini kepada sahabat-sahabat muslim lainnya. Semoga dengan begitu, akan timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, sebagaimana Allah dan Rasul mencintai kita semua. Allahumma aamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar